MEMBANGUN PERADABAN
BERASASKAN KETUHANAN, KEMANUSIAAN DAN KEDAMAIAN
Oleh: Dr. H. Khoirul Huda Basyir, Lc. M.Si
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam pelaksanaan shalat jumat yang mulia ini, izinkan alkhatib menyampaikan khutbah dengan tema: Membangun Peradaban Berasaskan Ketuhanan, Kemanusiaan dan Kedamaian.
Allah SWT menciptakan dan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan mengemban tugas besar yang hanya diamanahkan kepadanya, bukan kepada makhluk yang lain. Sedari awal penciptaan manusia pertama, nabiyullah Adam alaihissalam, Allah telah menyampaikan maksud dan tujuan utama penciptaan manusia sebagai khalifah filardl, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Baqarah, ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Dalam firman lain, surat Al Ahzab ayat 72, Allah menyatakan:
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan mampu melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”
Tugas pertama dan paling utama manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah untuk merawat alam dan membangun peradaban yang didasari oleh semangat ketuhanan, kasih sayang dan kesejahteraan. Tugas agung ini jugalah yang dijalankan oleh para rasul dan nabi Allah yang kemudian dilanjutkan dan disempuranakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang tertuang nyata dalam wahyunya,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya ayat 107).
Rahmat merupakan sebuah karunia kasih sayang yang bukan hanya diberikan kepada manusia, tetapi juga kepada hewan, tumbuh-tumbuhan, lingkungan dan makhluk hidup lainnya di alam semesta ini. Pesan ayat ini merupakan upaya implementasi untuk merawat jagat dengan rahmat dan dalam tugas membangun peradaban, pesan yang hendak disampaikan adalah upaya menciptakan sebuah kemajuan dan kebudayaan yang tinggi demi terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia seluas-luasnya.
Dalam menjalankan tugas kekhalifahan, manusia selain dibekali akal fikiran, juga dipandu dan dibimbing oleh kitab suciNya. Al Quran Al Karim mengajarkan kepada manusia, bahwa upaya membangun peradaban yang mampu mewujudkan kemajuan, kesejahteraan dan keselamatan setidaknya harus berasaskan kepada tiga hal prinsip yang menjadi spirit pembangunan peradaban dan pengembangan kebudayaan, yaitu prinsip ketuhanan, kemanusiaan dan kedamaian.
Prinsip ketuhanan, peradaban yang bersumber dari Tuhan tentu memiliki kesempurnaan dan terbebas dari kekurangan serta kenistaan. System peradabanNya juga pasti sesuai dan selaras untuk siapapun, kapanpun dan dimanapun (shalihun wasyamilun likulli zamanin wamakanin) karena Perancangnya adalah Dzat yang Maha memiliki ilmu pengetahuan, hikmah dan kekuatan yang sempurna. Sebaliknya system peradaban yang hanya bersumber dari kreasi manusi pasti rapuh, dipenuhi kekurangan dan rentan hanyut tersapu gelombang perubahan karena perancangnya tidak mutlak dan jauh dari kesempurnaan. Al Quran juga mengungkap sifat manusia yang berwatak khilaf, pelupa, aniaya dan terbatas (dhaluman jahulan). Meskipun secara prinsip sistem peradaban bersumber dari Allah yang Maha abadi, akan tetapi, tatanan kehidupan senantiasa mengalami perubahan dan dinamika, sejalan dengan kondiis zaman yang melingkupi umat manusia, yang abadi dan langgeng adalah I’tiqad keagamaan terkait dengan keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Nya, rasul-rasulnya dan Hari Akhiri. Sementara itu, yang tidak abadi dan selalu mengalami perubahan adalah persoalan kemanusiaan yang berada di bawah payung muamalah (interaksi sosial) atau yang bertahan atas dasar kemaslahatn umum.
Kedua, prinsip kemanusiaan. Dalam Islam, peradaban yang maju meniscayakan manusia hidup sejahtera, harkat dan martabat manusia dihargai; alam dan lingkungan dirawat dengan baik. Peradaban yang tinggi tidak sekadar kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban yang dikembangkan harus berpusat dan berorientasi kepada penghargaan harkat dan martabat manusia. Ilmu dan pengetahuan merupakan alat untuk mencapai kemuliaan harkat dan martabat tersebut, bukan sebaliknya menjadi alat untuk mengeksploitasi pihak lain sebagaimana terjadi dengan kolonialisme ketika pengetahuan dan kekuatan digunakan untuk menindas bangsa lain. Hingga kini pun, masih terdapat sekelompok elite penguasa, di tingkat nasional maupun dunia yang mengeksploitasi manusia lainnya demi keuntungan material dan langgengnya kekuasaan belaka, tanpa mengindahkan sisi-sisi kemanusiaan. Dalam skala nasional masih banyak persoalan yang perlu diselesaikan, baik persoalan ekonomi, sosial maupun urusan politik. Ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin di Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Malangnya, jutaan umat Islam sebagai komponen terbesar di negeri ini masih menjadi strata paling bawah dari piramida kesejahteraan sosial. Umat Islam sudah seharusnya mampu tampil terdepan menjadi pionir perubahan dan pembangunan peradaban yang bertumpu kepada kesejahteran dan marwah kemanusiaan, terutama di Republik yang kita cintai ini.
Ketiga, prinsip kedamaian. Kedamaian dunia pun saat ini masih dirundung konflik dan peperangan. Di kawasan Timur Tengah yang menjadi tempat Islam bermula dan bermuara, konflik dan persoalan kemanusiaan hingga kini belum berhenti. Afghanistan, Yaman, Suriah, Libya menjadi negara gagal dan dilanda krisis yang tidak kunjung berkesudahan. Perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan pun belum terwujud. Diperparah lagi dengan agresi peperangan Rusia dan Ukraiana yan semakin memicu terjadinya krisis kedamaian dunia serta berbagai konflik horizontal lain yang dipacu dan dipicu oleh sentiment ras, suku, etnis dan berbagai kepentingan politik yang bertameng agama masih terus terjadi di berbagai belahan dunia dan menjadi tantangan besar bagi terciptanya pembangunan peradaban manusia modern saat ini.
Ajaran Islam mengarahkan manusia untuk menjelmakan masyarakat sejahtera dalam kehidupan dunia dan akhirat, inilah perbedaan sistem peradaban Islam dengan sistem peradaban lain yang berusaha mewujudkan masyarakat sejahtera hanya di kehidupan dunia saja. Karena itu, Islam menyeru manusia untuk membangun dunianya seperti akan hidup selamanya, dan beramal untuk akhiratnya seolah-olah akan mati besok, (I’mal lidunyaka kaannaka taísyu Abadan wa’mal liakhiratika kaannnaka tamutu ghadan).
Membangun peradaban, selain dengan merawat jagat, tentu harus diawali dan dilaksanakan dengan membangun manusia seutuhnya sebagi pelaku peradaban dengan berlandaskan nilai-nilai ketuhanan (amanu wattaqau), kemanusiaan (aamanuu waämilusshalihat) dan kedamaian (amanu waahsanu) agar perdaban yang dibangun benar benar menghadirkan kemajuan, kesejahteraan dan keselamatan umat manusia di dunia hingga akhirat sebagaimana cita-cita mulia yang selalu didambakan setiap muslim, dengan untaian doa: Rabbana atina fiddunya hasanah wafilakhirati hasanah waqina ädzabannar, (Ya Allah, anugrahi kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungi kami dari siksa api neraka). Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِىّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
-Dr. H. Khoirul Huda Basyir, Lc. M.Si-